Kesenian Gembyung :Eksplorasi Nada Dalam Tradisi Musik Nusantara
visitciamis.com – Gembyung merupakan kesenian tradisional yang menggunakan genjring sebagai alat utama. Konon katanya alunan musik gambyung yang selalu ditampilkan pada saat pagelaran mengandung unsur yang sangat sakral.
Kesenian Gembyung ini salah satu seni musik tradisional yang merupakan jenis musik ansambel disebut waditra. Gembyung merupakan alat musik perkusi yang terbuat dari kulit dan kayu.
Salah satu kesenian peninggalan para wali di Cirebon. Seni ini merupakan pengembangan dari Kesenian Terbang yang hidup di lingkungan pesantren. Kesenian Gembyung digunakan oleh para wali, dalam hal ini Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di Cirebon.
Kesenian Gembyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam. Seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan kegiatan 1 Syuro yang digelar di sekitar tempat Ibadah. Di beberapa daerah, seni gembyung menjadi sebuah keharusan dalam pelaksanaan upacara tradisional.
Gembyung berasal dari dua suku kata, yaitu “gem” dan “byung”. Maknanya “gem” adalah ageman berarti ajaran, pedoman, atau paham yang dianut oleh manusia. Dan “byung” bermakna kabiruyungan yang artinya kepastian untuk dilaksanakan. Sehingga kesenian ini memiliki nilai-nilai keteladanan untuk dijadikan pedoman hidup.
Gembyungan merupakan kesenian khas yang Islami. Dilihat dari syair yang digunakan yaitu berupa syair yang diambil dari Al Barjanzi. Selain itu, waditra terebang merupakan waditra khas yang sering dipakai dalam acara-acara keagamaan umat Islam. Di kecamatan Panjalu terdapat dua grup kesenian gembyungan, yaitu di desa Dukuh dan di desa Kertamandala.
Bagi masyarakat Panjalu Seni Gembyung tidak hanya sebuah ungkapan ekspresi keindahan. Namun, lebih dari itu Gembyung memiliki makna kecintaan serta penghormatan kepada asal-usul leluhur mereka.
Proses Penyajian Gembyung
Proses penyajian kesenian gembyungan pada upacara nyangku mengguanakan sistem yang baku. Pada proses penyajiannya, kesenian ini terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu pra sajian, penyajian dan penutupan.
Pra sajian adalah bagian awal dari upacara nyangku. Dalam pra sajian biasanya disajikan shalawat selama sehari semalam sebelum upacara nyangku dimulai.
Adapun lagu yang dimainkan adalah lagu Assalamualaik dan Tapadug. Pada proses inti upacara nyangku yakni keesokan harinya. Kesenian ini, mengarak benda pusaka dengan membawakan lagu Sola dengan menggunakan pola tabuhan rincik.
Kemudian pada saat benda pusaka sedang dimandikan, kesenian ini pun mengiringinya dengan lagu Wulidal. Dengan iringan tabuhan tepak tilu, Hadal Wafiyu dengan iringan tabuhan Rincik dan Inkanamu dengan iringan tabuhan gobyog.
Pada saat kembali mengarak benda pusaka untuk disimpan kembali ke tempat asal. Kesenian gembyungan mengiringi proses berjalannya upacara nyangku dengan membawakan lagu Taalam dengan iringan tabuhan Gobyog.