Saung Kataji Buhun Kiwari, Pengrajin Ekonomi Kreatif Dari Bambu Yang Kekinian.
Bambu merupakan tumbuhan dari subfamili Bambusoideae yang termasuk famili Poaceae. Tumbuhan ini dikategorikan sebagai anggota rerumputan atau rumput rumputan. Bambu identik dengan kata ‘ndeso’ menurut masyarakat umum, namun ternyata memiliki beragam manfaat.
Di Indonesia setidaknya terdapat sekitar 65 jenis bambu dengan mayoritas yang sering terlihat yaitu bambu tali, bambu, bitung, haur dan lain sebagainya. Bambu memiliki peran penting sebagai konservasi perlindungan mata air sehingga mata air terus ada dan bertahan.
Pemanfaatan tumbuhan ini yang sering di jumpai adalah sabagai bahan bangunan, pagar hingga saung atau joglo. Tidak hanya itu, sejak zaman dahulu bambu juga dimanfaatkan sebagai bahan berbagai macam kerajinan.
Satu dari banyaknya pengrajin kerajinan bambu di Ciamis adalah Saung Kataji Buhun Kiwari yang berada di Desa Hujungtiwu Kecamatan Panjalu. Nama unik dari tempat kerajinan ini diambil dari Bahasa Sunda lampau yang artinya tidak semua orang tahu.
Kataji atau dalam Bahasa Indonesia takjub, tertarik atau spektakuler, Buhun yang berarti zaman dahulu atau lampau dan Kiwari atau saat ini. Jadi Saung Kataji Buhun Kiwari bisa diartikan sebagai tempat pengrajin alat-alat zaman dahulu yang dimodernisasi.
visitciamis.com berkesempatan untuk menggali informasi Saung Kataji yaitu dari Bapak Upen Suhendar. Beliau merupakan pendiri, pengrajin, sekaligus pengelola tempat tersebut. Setelah ditelusuri, ternyata Saung Kataji Buhun Kiwari ini lahir pada tahun 2012.
Pada tahun tersebut, Upen mendirikan tempat kreasi di bekas kandang ayam broiler. Namun, tempat bukanlah halangan untuk terus mengembangkan kreatifitasnya. Bahkan di kandang ayam ini pernah diadakan pelatihan membuat kerajinan anyaman perabotan rumah tangga yang diikuti satu desa.
Saat ini, Saung Kataji Buhun Kiwari memiliki anggota 6 orang yang aktif dengan 15 anggota keseluruhan. Semuanya terbagi mengurusi kerajian, kesenian dan kuliner.
Sebelum berdirinya Saung Kataji, Upen lebih dahulu tergabung bersama grup seni pertunjukan Dugkol atau Bedug dan Kohkol yang sudah sering tampil di luar kota. Berjalannya waktu, Baru tahun 2014 mendapatkan SK Saung Kataji Buhun Kiwari dari Desa Hujungtiwu.
Meskipun tidak memiliki latar pendidikan seni, Upen Suhendar yang memiliki profesi ASN di Puskesmas Panjalu ternyata lulusan D3 Keperawatan. Baginya, pendidikan tidak membatasi cita-cita untuk menghasilkan mahakarya seni dari bambu.
“Untuk mengeksplore keingginan, cita-cita dan hobi jangan dibatasi oleh pendidikan, meskipun saya sebagai perawat.” Ujar Upen.
Hal itu bisa dibuktikan dengan terciptanya karya-karya kreatif dari tangannya seperti Angklek (Angklung Elektrik) pada tahun 2016. Dari situ, nama Saung Kataji melejit sampai diundang untuk tampil di beberapa stasiun tv swasta kenamaan.
Tidak hanya Dugkol dan Angklek, tempat kreatif yang sudah mempunyai workshop ini menyimpan hasil karya lain seperti karinding, minatur benda, gantungan kunci, peci dan masih banyak lagi.
Untuk peci sendiri mulai dibuat tahun 2020 dan diberi nama Peci Awi Kataji yang terbuat dari hati bambu atau bonggol bambu. Pembuatannyapun harus hati-hati karna tidak mudah untuk membentuk bonggol bambu menjadi satu karya.
“Peci Awi Kataji ini mempunyai keistimewaan. Pembuatannyapun harus teriti agar tercipta hasil karya yang baik. Tidak sembarang orang yang memiliki teknik mengolah bambu sampai menjadi peci seperti ini.” Tambah Upen.
Produk Peci Awi Kataji memiliki 3 warna yaitu warna asli bambu, coklat, dan hitam dengan permintaan yang luar biasa dari konsumen. Upen juga berencana untuk membuat peci dari anyaman halus untuk memenuhi permintaan konsumen berhubung peci kataji memiliki tekstur kaku.
Diakhir kunjungan, visitciamis.com dikasih wejangan bahwa untuk menjadi orang sukses harus menerapkan 5K, yaitu Kahayang (Kemauan), Kadaek (Praktek), Kanyaho (Pengetahuan), Kabisa (Kemampuan) dan Kaboga (Hasil).