Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Kenali dan Jaga Kelestariannya!
visitciamis.com. Gunung Sawal merupakan gunung yang berada di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Gunung ini memiliki karakteristik hutan hujan tropis dimana didalamnya ditumbuhi beragam flora serta dihuni berbagai macan fauna.
Keberadaan Gunung Sawal yang memiliki ketinggian mencapai 1.764 mdpl telah memberi sumber kehidupan. Beberapa kecamatan disekitar gunung api purba ini yaitu Kecamatan Cihaurbeuti, Panumbangan, Panjalu, Kawali, Cipaku, Sadananya, Cikoneng dan Sindangkasih mendapat banyak berkah dari Gunung Sawal.
Secara resmi, Gunung Sawal ditetapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa sejak tahun 1979. Banyak satwa langka dan dilindungi yang nyaris punah. Keberadaan satwa di Gunung Sawal kini mendapat perhatian dari berbagai pihak seperti BKSDA, Perhutani dan lainnya.
Disamping itu, beberapa satwa liar yang menghuni Suaka Margasatwa Gunung Sawal harus juga diketahui dan dilestarikan masyarakat di Ciamis. Kali ini, visitciamis.com akan mengenalkan satwa-satwa penghuni Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Simak yuk!
1. Macan Tutul Jawa

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) adalah salah satu subspesies dari macan tutul yang menghuni Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Jika dibandingkan dengan subspesies macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran paling kecil.
Subspesies macan tutul jawa memiliki tutul atau bintik gelap berpola mirip bunga yang hanya terlihat di bawah cahaya terang. Hewan ini memiliki dua ragam warna kulit yaitu berwarna terang (jingga) dan hitam (Melanisme) atau lazim disebut macan kumbang.
Satwa satu ini mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam dan lebih aktif berburu di malam hari. Hewan ini juga hidup secara soliter dan dikenal sebagai macan dengan penyamaran terbaik saat berburu mangsa.
2. Elang Jawa

Elang jawa (Nisaetus bartelsi) adalah salah satu spesies elang berukuran sedang dari keluarga Accipitridae dan genus Nisaetus yang menghuni Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Satwa ini bertubuh panjang tubuh mencapai 60-70 cm.
Burung yang satu ini memiliki ciri-ciri kepala berwarna coklat kemerahan dengan jambul hitam dengan ujung putih yang menonjol hingga 12 cm dan tengkuk yang coklat keemasan. Selain itu, elang jawa mempunyai mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung, sayap dan ekor coklat gelap.
Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Elang jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropis yang selalu hijau dan tempat tinggalnya sukar dicapai karena biasa bersarang di pohon yang sangat tinggi.
3. Kukang Jawa

Kukang jawa (Nycticebus javanicus) adalah primata Strepsirrhini dan spesies kukang asli yang menyebar di bagian barat dan tengah Pulau Jawa. Spesies ini memiliki dua bentuk, yang dibedakan berdasarkan panjang rambut dan, pada tingkat yang lebih rendah, warna tubuhnya.
Satwa satu ini memiliki beratnya antara 565 dan 687 gram dan memiliki panjang kepala-badan sekitar 29 cm. Kukang jawa bersifat arboreal dan bergerak perlahan di tanaman merambat, akar liana tetapi hutan bambu dan mangrove, serta di perkebunan cokelat.
Populasi kukang jawa mengalami penurunan tajam karena diburu secara liar untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan eksotis atau obat tradisional. Suaka Margasatwa Gunung Sawal merupakan kawasan ideal untuk pelepasliaran kukang jawa dengan potensi pakan melimpah dan ketersediaan ruang yang memadai.
4. Kucing Kuwuk

Kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) adalah kucing liar kecil yang mendiami Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Nama bahasa Inggris kucing kuwuk, yaitu leopard cat, ialah berasal dari bintik-bintik seperti macan tutul. Hewan yang satu ini lebih dikenal masyarakat sekitar dengan nama meong congkok.
Hewan ini berukuran seperti kucing rumahan, tetapi ia lebih ramping dengan kaki panjang dan selaput yang jelas antara jari kaki. Kepala kecil mereka ditandai dengan dua garis-garis gelap menonjol, dan moncong putih yang pendek dan sempit mereka.
Meski ukuran dan bentuknya sama dengan kucing rumahan, kucing kuwuk adalah hewan buas dan sangat lihai untuk bersembunyi dari ancaman manusia. Populasi hewan ini juga banyak diburu untuk diperjual belikan atau menjadi hewan koleksi yang eksotis.
5. Srigunting Kelabu

Srigunting kelabu (Dicrurus leucophaeus) adalah spesies burung dari keluarga Dicruridae, dari genus Dicrurus. Burung ini hidup dan tersebar di lereng-lereng Gunung Sawal pada ketinggian 600 mdpl.
Burung yang juga dikenal dengan sebutan saeran gunting ini memiliki tubuh berukuran sedang 29 cm. Bulunya sendiri berwarna abu-abu dan memiliki ekor panjang yang menyerupai menggarpu dalam. Aktivitas spesies cantik ini sering terlihat pada pepohonan seperti cemara dan pinus.
Spesies burung srigunting kelabu dikenal karena kemampuannya yang dapat menirukan suara jenis burung lain. Meski beberapa orang memilki mitos mengenai burung ini, srigunting kelabu tetaplah burung cantik yang keberadaannya berpengaruh di Suaka Margasatwa Gunung Sawal.
6. Pelanduk Jawa

Pelanduk jawa (Tragulus javanicus) adalah sejenis pelanduk yang hidup terbatas di Pulau Jawa dan endemik Indonesia. Pelanduk ini adalah salah satu jenis ungulata terkecil di dunia. Dalam bahasa Jawa, hewan ini disebut kancil, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan mouse-deer.
Binatang yang menghuni tepi hutan lebat pada ketinggian sampai 600 m memiliki tubuh hanya sekitar 45-55 cm dengan ekor sepanjang 5 cm dan tinggi sekitar 30 cm dan berat tubuhnya hanya 1,5 hingga 2 kg saja. Tubuh bagian atas ditumbuhi bulu berwarna coklat kemerahan. Pada tengkuk bagian tengah biasanya lebih gelap dibanding bulu di bagian tubuh lainnya
Hewan ini memiliki cara hidup soliter, meskipun terkadang dijumpai juga dalam kelompok kecil dan cenderung sebagai hewan nokturnal. Makanannya berupa rumput, daun dari tumbuh-tumbuhan, semak-semak, tumbuhan menjalar, dan buah-buahan yang jatuh ke tanah.
7. Babi Hutan

Babi hutan atau celeng (Sus scrofa Linnaeus), termasuk salah satu satwa penghuni Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Panjang tubuhnya berkisar mulai dari 105 cm hingga 150 cm dengan berat mencapai 66-272 kg. Babi Hutan memiliki bulu yang berwarna cokelat dengan garis atau tutul berwarna krem di sekujur tubuhnya. semakin dewasa, garis-garis tersebut akan semakin menghilang.
Spesies babi hutan merupakan hewan nokturnal yang makanan utamanya adalah berbagai tumbuhan, buah-buahan, kacang-kacangan, hingga akar. Babi hutan juga mengkonsumsi telur burung, bangkai, tikus kecil, serangga, dan cacing.
Keberadaannya yang sering mengganggu pertanian warga di lereng gunung memang meresahkan. Hal ini membuat babi hutan sering diburu untuk dimusnahkan atau dijual. Meski demikian, babi hutan adalah makanan utama bagi macan tutul di Suaka Margasatwa Gunung Sawal.
Sumber : Literasi internet, diolah penulis.